Monday, April 4, 2011

Pagi, Kemeja..


Stop kontak, setrika, dan kemeja katun. Pagi biasa dengan kebiasaan yang biasa-biasa saja: menyetrika kemeja sebelum berangkat  beraktivitas. Dan saya -dengan gerah terpapar panas setrika, terpaksa- menikmatinya. Mungkin berbeda dengan scene beberapa orang,  yang, bangun pagi, membuka jendelanya, menghirup udara segar sambil merem melek tersenyum, lalu menyeruput kopi. Sementara saya dengan bekas bantal di pipi dengan terhuyung mencuci muka, melakukan ini-itu, kemudian melicinkan pakaian dengan muka yang lebih kusut dari kemeja. 
 
Betapa lamanya saya dan mungkin kita semua bergaul dengan kemeja. Berapa banyak cerita yang kita lalui dengannya. Saat TK sebelum  berangkat ketika tak sengaja mengotorinya dengan kuning telur mata sapi yang membuat Ibu senewen. Atau ketika teman SD menciprati  Si Kemeja dengan cat air. Dan ketika darah segar dan debu jalanan menyaputnya, menjadi saksi perkelahian antar remaja tanggung  meributkan masalah sepele,yah..mungkin cewek. Ingat juga pesta penuh euforia kelulusan yang menjadikan kemeja putih polos menjadi  penuh warna-warni pylox, hm, warna-warni masa remaja.
Di balik semua kenangan itu kemeja memiliki tempatnya sendiri, baik fungsi, etis, maupun estetika. Yah, pasti akan terasa aneh sekali melihat orang snorkelingan memakai kemeja. Secara sadar kita memakai kemeja untuk kegiatan tertentu, untuk sesuatu yang membutuhkan kerah dan kancing mungkin. Dan ya, beberapa dari kita memang suka menghitung kancing saat ujian soal pilihan ganda  karena tidak suka belajar bab matematika probabilitas tapi lebih suka mempraktekannya langsung di lapangan. Sebagai alter ego kepribadian, kemeja menerjemahkannya dalam bentuk yang paling riil : bayangkan pemuda slengean akan tampak sopan pada saat berhadapan dengan calon mertuanya hanya karena cuci muka sedikit ditambah finishing kemeja pinjam teman yang membalut tubuhnya. Hm, contohnya mungkin agak imajiner dan absurd.
Sekarang, di sinilah saya. Radio ibukota masih menemani saya dengan penyiarnya sesekali mempromosikan produk kecantikan remaja yang mungkin dibutuhkan kulit saya yang penginnya masih dianggap remaja. Saya masih menyetrika sambil senyum-senyum sendiri memandangi kemeja katun garis-garis yang sudah licin ini. Pikiran kemana-mana tentang kemeja ini mungkin dipicu insomnia, buktinya kepala saya masih pusing. Eh, atau karena sebotol anggur tadi malam? Tuh kan, saya memang suka melantur. Saya kan gak minum anggur, tapi makan botolnya, lho..

No comments:

Post a Comment